Hipotiroidisme adalah kondisi
dimana kadar hormon tiroid dalam plasma darah menurun secara kronis. Hipotiroidisme umumnya disebabkan oleh
defisiensi yodium. Defisiensi yodium akan mengakibatkan sintesis hormon
tiroid terkompensasi dan menurunkan level hormon tersebut dalam plasma darah. Hal
ini akan memicu hipotalamus mengeluarkan Thyrotropin Releasing Hormone (TRH),
sehingga kadarnya akan naik. Selanjutnya TRH akan menstimulasi kelenjar
pituitari mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang berakibat pada
naiknya kadar TSH dalam plasma darah. Kadar TSH berlebih akan merangsang kelenjar
tiroid terus menerus dan berefek pada timbulnya goiter (pembesaran kelenjar
tiroid). Sementara, produksi triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4) menurun karena
jumlah yodium yang tidak mencukupi (Guyton & Hall, 2006 ; Widmaier dkk,
2008)
Etiologi dan Gejala
Berdasarkan
etiologinya, hipotiroidisme terbagi menjadi tiga yaitu primer, sekunder dan
tersier. Hipotiroidisme primer terjadi kelainan organ tiroid, sekunder terdapat
kelainan pada kelenjar pituitari anterior, dan tersier kelainannya terletak
pada kelenjar hipotalamus (Nelms dkk, 2007). Beberapa tanda dan gejala
hipotiroidisme diantaranya menurunnya basal
metabolic rate (BMR), berat badan naik, rambut dan kulit kering,
bradikardi, mudah capek, refleks dan gerak lambat, respons mental lambat,
edema, myxedema, goiter, distensi abdominal dan konstipasi. (Guyton & Hall,
2006 ; Nelms dkk, 2007 ; Widmaier dkk, 2008).
Terapi Diet
Terapi
diet hipotiroidisme yang disebabkan oleh defisiensi yodium meliputi diet protein
berkualitas tinggi dan cukup yodium. Sumber protein berkualitas tinggi seperti daging
sapi, kambing, unggas, susu dan telur sangat penting untuk pembentukan
tiroglobulin. Sementara, asupan yodium dapat dipenuhi melalui garam beryodium
dan makanan alami dengan kandungan yodium seperti ikan laut, udang, kerang dan
ganggang laut. Yodium berperan dalam pembentukan T3 dan T4 (Almatsier, 2010 ;
Widmaier dkk, 2008). Anjuran dosis yodium pada pasien hipotiroidisme dewasa
yaitu 100-200 mcg per hari. Pemenuhan mikronutrien lainnya seperti vitamin A,
selenium, dan zat besi juga penting, mengingat peran mikronutrien tersebut
dalam membantu sintesis dan aktivitas hormon tiroid, serta uptake yodium (Grober, 2012).
Makanan
yang harus dihindari adalah makanan bersifat goitrogenik. Zat tersebut mempunyai aktivitas antitiroid dengan cara
menghalangi penyerapan yodium dari darah oleh sel-sel tiroid. Goitrogenik dengan
jenis isotiosianat ditemukan khususnya di beberapa varietas lobak dan kubis. Kacang
kedelai mengandung isoflavon genistein dan daidzein yang juga dapat menghambat
sintesis hormon tiroid. Beberapa makanan lain seperti kacang tanah, ubi kayu
dan ubi jalar pun memiliki sifat goitrogenik. Zat goitrogen dapat diinaktivasi
melalui pemasakan (Mahan dkk, 2007). Beberapa zat lain yang menghambat uptake yodium dan inbitor iodinasi perlu
dihindari seperti nitrat, perklorat, tiosianat (asap rokok) dan obat karbimazol
(Grober, 2012).
No comments:
Post a Comment