Tuesday, April 12, 2016

Determinan Malaria


       Kejadian penyakit malaria ditentukan oleh tiga faktor yaitu host, agent, dan environment. Host berupa manusia dan nyamuk Anopheles, agent berupa parasit Plasmodium, dan environment meliputi lingkungan fisik, kimiawi, biologi serta sosial turut berperan pada kejadian atau penularan Malaria.

1. Faktor Agent



Agent atau penyebab penyakit malaria adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium.

Penyebab penyakit malaria adalah parasit genus Plasmodia, famili Plasmodiidae, orde Coccidiidae dan sub-orde Haemosporiidae. Sampai saat ini dikenal hampir 100 spesies dari Plasmodia dan pada manusia hanya 4 (empat) spesies yang dapat berkembang yaitu: P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale. Penyakit ini ditandai dengan demam yang berselang-seling, anemia dan limpa membesar dan dapat menyerang semua orang, bahkan dapat mengakibatkan kematian terutama yang disebabkan oleh infeksi P. falciparum pada penderita yang baru pertama kali mengalami infeksi. Sifat parasit berbeda-beda untuk setiap spesies malaria dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan.
         


         Agar dapat hidup, parasit malaria harus ada dalam tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan betina. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk Anopheles yang anthropofilik agar Sporogami dimungkinkan dan menghasilkan Sporozoit yang infektif.

2. Faktor Host
         Ada dua macam host terkait penularan penyakit malaria, yaitu manusia (host intermediate) dan nyamuk anopheles betina (host definitif).

a. Faktor Manusia (Host Intermediate)
         Manusia menjadi host atau inang penting dalam perkembangbiakan Plasmodium sp. Namun, tidak semua manusia dapat terjangkit malaria dengan mudah. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin, ras dan riwayat malaria sebelumnya berkaitan dengan perbedaan tingkat kekebalan terhadap malaria. Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang diperoleh secara transplasental.
Sementara, wanita mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko malaria, antara lain berat badan lahir rendah, abortus, partus prematur dan kematian janin intrauterin.
         Terdapat beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia sebagai penjamu penyakit malaria antara lain:
1) Umur
         Orang pada tingkatan umur tertentu lebih rentan dibandingkan kelompok umur lainnya. Misalnya, anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria yang disebabkan oleh sistem imun yang belum berkembang secara sempurna. Namun, orang dewasa dapat juga terkena malaria ketika sering beraktivitas di luar rumah pada waktu malam hari.
2) Jenis Kelamin
         Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat.
3) Ras
         Beberapa ras memiliki kekebalan alamiah terhadap malaria, kelompok penduduk yang mempunyai Haemoglobin S (Hb S) ternyata lebih tahan terhadap akibat infeksi Plasmodium falciparum. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit keturunan yang disebut sickle cell anemia (anemia bulan sabit).
4) Riwayat Malaria Sebelumnya
         Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria. Penduduk asli daerah endemik akan lebih tahan terhadap malaria dibandingkan dengan pendatang dari daerah non endemis.
5) Pola Hidup
         Pola hidup seseorang atau masyarakat berpengaruh terhadap terjadinya penularan malaria seperti kebiasaan tidur tidak pakai kelambu, dan sering berada di luar rumah pada malam hari tanpa menutup badan dapat menjadi faktor risiko terjadinya penularan malaria.
6) Status Gizi
         Status gizi erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh. Apabila status gizi seseorang baik akan mempunyai peranan dalam upaya melawan semua agent yang masuk ke dalam tubuh. Defisiensi zat besi dan riboflavin mempunyai efek protektif terhadap malaria berat.

b.  Vektor Malaria (Host Definitif)
         Nyamuk anopheles yang ada di Indonesia berjumlah lebih 80 spesies, sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24 spesies Anopheles yang dapat menularkan malaria. Utamanya adalah nyamuk Anopheles betina karena hanya Anopheles betina yang menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya. Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada, seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan sebagainya. Tingginya penularan tergantung dari densitas (kepadatan) frekuensi gigitan, lamanya hidup vektor, lamanya siklus Sporogoni, angka Sporozoit (parasit yang terdapat dalam kelenjar air liur nyamuk) dan adanya reservoir parasit (manusia yang mempunyai parasit dalam darah).

 

3. Faktor Environment
 a. Lingkungan Fisik
         Iklim tropis sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Selain iklim, ada beberapa faktor dalam lingkungan fisik yang ikut mempengaruhi transmisi malaria:
       Suhu. Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20 - 30°C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (Sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
       Kelembaban udara. Kelembaban udara yang rendah akan mem-perpendek umur nyamuk, meskipun berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.
       Curah hujan. Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan curah hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas matahari akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.
       Topografi (Ketinggian). Transmisi malaria akan berkurang ketika ketinggian semakin bertambah, hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 meter jarang ada transmisi malaria, hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh El-Nino.
       Angin. Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dengan manusia.
       Sinar matahari. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih menyukai tempat yang teduh, An. Hyrcanus spp dan An. Pinculatus spp lebih menyukai tempat terbuka. An. Barbirostis dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.
       Arus air. An. Barbirostris lebih menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir lambat, sedangkan An. Minimus lebih menyukai aliran yang deras dan An. Letifer lebih menyukai air yang tergenang.
Kadar garam. An. sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12 – 18% dan tidak berkembang pada kadar garam 40% ke atas.

b. Lingkungan Biologik
         Lingkungan biologi seperti air lingkungan, termasuk air alami dan air sumber buatan yang dimanfaatkan oleh nyamuk untuk berkembang biak dan bermetamorfosis hingga menjadi nyamuk dewasa. Beberapa tumbuhan dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva dan hewan ternak juga akan mempengaruhi siklus hidup nyamuk.

c. Lingkungan Sosial-Budaya
         Lingkungan sosial budaya menjadi faktor yang berperan dalam penularan malaria, seperti kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai larut malam akan memudahkan tergigit oleh nyamuk. Faktor lainnya misal tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya malaria. Tingkat kesadaran akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk melakukan tindakan preventif terhadap malaria, antara lain dengan menggunakan kelambu, memasang kawat kassa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk. Adanya peperangan dan perpindahan penduduk juga dapat memicu peningkatan kejadian malaria.

d. Pelayanan Kesehatan
         Pelayanan kesehatan yang jauh dan tidak terjangkau oleh masyarakat tentunya akan memperparah kondisi penderita malaria. Begitu pula dengan kualitas tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan tersebut.

e. Pengobatan Tradisional
         Masyarakat tradisional umumnya mengatasi masalah penyakit malaria dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya ataupun ke dukun setempat yang belum tentu terjamin kesembuhannya. 

No comments: