Pengertian
Tonsilofaringitis merupakan salah satu penyakit
infeksi saluran pernapasan bagian atas yang umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri. Penyakit ini paling banyak diderita
oleh anak-anak dan jarang terjadi pada dewasa. Pada balita, paling banyak
disebabkan oleh virus. Sedangkan bakteri umumnya menyerang anak usia di atas 5
tahun (Gunardi, 1998). Infeksi tersebut terjadi secara sporadik, namun wabahnya
periodik. Penyebaran dapat melalui droplet saluran pernapasan dan sangat mudah
menyebar pada tempat yang penuh sesak.(Mandal dkk, 2008)
Etiologi
Penyebab penyakit tonsilofaringitis adalah bakteri
dan virus common cold. Bakteri
penyebabnya meliputi Streptokokkus beta hemolitikus grup A, Streptokokkus
pneumonia, Helicobacter influenzae dan Streptokokkus aureus (Gunardi, 1998).
Sementara, beberapa virus juga dapat mengakibatkan terjadinya tonsilofaringitis
utamanya virus common cold seperti adenovirus, parainfluenza, dan rhinovirus
(Naning dkk, 2008).
Patogenesis
Tonsilofaringitis dapat menular
melalui droplet dan bakteri/virus dapat masuk mukosa faring. Akibatnya, terjadi
repon inflamasi lokal yang melibatkan nasofaring, uvula, dan palatum mole.
Dalam perjalanannya, akan terbentuk eritem faring, tonsil, atau keduanya. Gejala
akan tampak setelah masa inkubasi 24-72 jam (Naning, 2008 ; Rusmarjono, 2007)
Gejala Klinis
Gejala yang muncul pada penyakit
tonsilofaringitis dimulai dengan onset mendadak, adanya demam, gatal dan
bengkak pada tenggorokan, nyeri sendi, lesu, berkurangnya nafsu makan, suara
serak, odinofagia dan otalgia. Pada kasus yang parah, pasien enggan makan dan
minum melalui oral karena nyeri tenggorokan yang dirasakan. Gejala lainnya seperti rhinorrea, suara serak,
batuk, konjungtivitis, dan diare biasanya disebabkan oleh virus. Pemeriksaan
fisik tonsilofaringitis yang tampak meliputi tonsil membengkak, faring
hiperemis, tonsilitis folikularis, tonsilitis lakunaris, submandibula membengkak
dan nyeri tekan. (Naning dkk, 2008)
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Standar penegakan diagnosis faringitis bakteri atau virus adalah
melalui pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok (Naning dkk, 2008)
Komplikasi
Kejadian
komplikasi pada faringitis akut virus sangat jarang. Kompilkasi biasanya
menggambarkan perluasan infeksi streptococcus dari nasofaring. Beberapa kasus
dapat berlanjut menjadi otitis media purulen bakteri. Pada faringitis bakteri
dan virus dapat ditemukan komplikasi ulkus kronik yang luas. (Naning dkk, 2008)
Tatalaksana Terapi
Pasien tonsilofaringitis akut dengan demam
disarankan untuk istirahat total. Pemberian diet dan cairan yang adekuat
menjadi penting mengingat adanya kemungkinan asupan nutrien tidak mencukupi
disebabkan oleh nyeri tenggorokan. Untuk terapi obat, dapat digunakan
antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida yang berfungsi untuk membunuh
bakteri yang menyerang. Antipiretik juga digunakan jika terdapat demam atau
nyeri berlebih. Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak juga dapat
mengurangi gejala nyeri tenggorok. Tindakan pembedahan tonsilektomi dilakukan
ketika terjadi serangan berulang yang mengganggu. (Naning dkk, 2008)
Faktor Risiko
Menurut Suyami (2006) & Permatasari (2009), beberapa
faktor risiko terjadinya ISPA meliputi :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status gizi
4. Berat badan lahir
5. Imunisasi tidak lengkap
6. Pemberian ASI
7. Pendidikan orang tua
8. Kebiasaan merokok
9. Status ekonomi
10. Keadaan rumah (keadaan ventilasi, letak dapur, jenis atap, jenis lantai, kepadatan hunian)
11. Keadaan udara
2. Jenis kelamin
3. Status gizi
4. Berat badan lahir
5. Imunisasi tidak lengkap
6. Pemberian ASI
7. Pendidikan orang tua
8. Kebiasaan merokok
9. Status ekonomi
10. Keadaan rumah (keadaan ventilasi, letak dapur, jenis atap, jenis lantai, kepadatan hunian)
11. Keadaan udara
No comments:
Post a Comment