1. Definisi
Stroke merupakan keadaan defisit
neurologis yang ditandai adanya injuri fokal akut pembuluh darah pada sistem
saraf pusat dengan onset mendadak. Stroke menjadi salah satu penyebab
disabilitas dan kematian terbesar di dunia. Kejadian stroke meningkat seiring
bertambahnya umur dan lebih banyak diderita pria. Faktor risiko stroke yang
signifikan antara lain hipertensi, konsumsi alkohol berlebih, diabetes,
merokok, hiperkolesterolemia, dan penggunan kontrasepsi oral (Messing, 1997).
Berdasarkan patogenesis, stroke
diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik adalah
stroke yang disebabkan adanya infark serebral, spinal, atau retinal fokal.
Sementara, stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh adanya
perdarahan pada pembuluh darah sistem saraf pusat dan bersifat nontraumatik.
Berdasarkan lokasi perdarahannya, stroke hemoragik dibedakan menjadi
intraserebral dan subaraknoid. Perdarahan intraserebral berlokasi di dalam otak
termasuk parenkim dan sistem ventrikular, sedangkan perdarahan subaraknoid
berlokasi di lapisan subaraknoid (antara membran araknoid dan lapisan piamater
pada otak atau sumsum tulang belakang). Perdarahan epidural dan subdural tidak
diklasifikasikan sebagai stroke karena biasanya disebabkan oleh trauma (Sacco dkk,
2013).
2. Etiologi
Penyebab
perdarahan intraserebral pada kasus nontraumatik adalah hipertensi kronik dan
amiloid angiopati serebral. Sementara pada kasus lainnya dapat disebabkan oleh
obat-obatan antikoagulan (coumadin, heparin, dan warfarin), malformasi
arterivenosa, ruptur aneurisma, vaskulitis, trauma kepala, gangguan perdarahan
(hemofilia, anemia sel sabit, trombositopenia), tumor jaringan otak, penggunaan
obat-obatan terlarang, dan idiopatik (Chakrabarty & Shivane, 2008;
Zuccarello, 2013).
3.
Patofisiologi
Perdarahan
intraserebral terjadi dalam tiga fase yaitu fase perdarahan awal, ekspansi
hematoma, dan edema peri-hematoma. Pada fase perdarahan awal, arteri serebral akan
pecah yang dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko stroke seperti, hipertensi kronik
dan diabetes mellitus. Pada fase ekspansi hematoma, terjadi peningkatan tekanan
intrakranial yang mengganggu integritas jaringan lokal dan sawar darah-otak.
Fase ini terjadi beberapa jam setelah timbulnya gejala awal. Terhambatnya
aliran vena akan memicu pelepasan tromboplastin, sehingga terjadi koagulopati
lokal. Setelah itu, terbentuk edema serebral di sekitar hematoma, terjadinya
inflamasi dan terganggunya sawar darah-otak. Fase ketiga yaitu edema
peri-hematoma akan memicu kerusakan neurologis dan dapat berkembang beberapa
hari setelahnya (Magistris dkk, 2013).
4. Manifestasi
Klinis
Progresi klinis dari pendarahan
intraserebral biasanya berlangsung cepat. Timbulnya defisit neurologis fokal
bisa dalam hitungan menit - jam yang dapat memunculkan gejala sakit kepala,
mual, muntah, penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak, gangguan bicara dan
kelemahan wajah. Gejala lainnya yakni munculnya Cushing triad yang meliputi peningkatan tekanan darah, bradikardi
dan respirasi tak teratur. Gejala tersebut disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial pada otak. Disautonomia, kejang, sinkop, sepsis, dan vertigo juga
dapat muncul pada penderita (Magistris dkk, 2013).
5. Penatalaksanaan
Terapi medik yang
dapat dilakukan :
a. Terapi jalan napas dan oksigenasi dengan
target pCO2 30 – 35 mmHg (Dewanto dkk, 2007,
b.
Mengontrol
tekanan darah dengan obat-obatan seperti nimodipin, diltiazem, dan nikardipin
(Dewanto dkk, 2007). Tekanan darah perlu diturunkan jika tekanan darah sistol
> 180 mmHg atau tekanan arteri rata-rata > 130 mmHg (Morgenstern dkk,
2010).
c.
Mengontrol
tekanan intrakranial dengan osmoterapi menggunakan bolus manitol atau larutan
salin hipertonik. Penggunaan furosemid dapat diberikan untuk mempertahankan
gradien osmotik. Selain itu, pengaturan cairan dan hiperventilasi juga
diperlukan pada pasien (Dewanto dkk, 2007).
d.
Mengontrol
glukosa darah dengan target normoglikemi (Morgenstern dkk, 2010).
e.
Pembedahan
dapat dilakukan melalui kraniotomi, stereotaktik, maupun endovaskular dengan angiografi
dan fluoroskopi (Magistris dkk, 2013; Morgenstern dkk, 2010).
f.
Terapi
medikamentosa
No comments:
Post a Comment