Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Salah satu jenis TB adalah
Tuberkulosis Milier. Tuberkulosis Milier (TB Milier) merupakan tuberkulosis akut diseminata
yang ditandai dengan penyebaran luas ke dalam tubuh manusia dengan ukuran lesi yang
kecil sekitar 1-3 mm.
Pada kasus HIV/AIDS tahap lanjut, kuman TB dapat
beredar melalui peredaran darah dan menginfeksi sejumlah organ selain paru-paru
seperti hati dan limfa. Sehingga, limfadenopati hilar maupun mediastinal juga
kerap muncul pada pasien HIV/AIDS kronis. Gambaran rontgen dada pada pasien TB
Milier menunjukkan karateristik difus, infiltrat mikronodular berupa simetris
dan bilateral (Palomino dkk, 2007).
PDPI (2006) mengklasifikasi tuberkulosis
berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis dan tingkat keparahan penyakit.
Klasifikasi TB berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, pada TB Paru:
a.
Tuberkulosis paru BTA positif
i.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif.
ii. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
iii. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
biakan kuman TB positif.
iv. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif
setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b.
Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak
memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA
negatif harus meliputi:
i.
Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif
ii.
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis
iii.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.
iv.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk
diberi pengobatan
Selain itu, tuberculosis dapat diklasifikasi
berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
a.
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas, dan atau keadaan umum pasien buruk.
b.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu:
i.
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar
limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang),
sendi, dan kelenjar adrenal. Limfadenitis
tuberkulosa, merupakan salah satunya dimana terlihat pembesaran kelenjar getah
bening, tersering di daerah leher, kadang-kadang di daerah ketiak.
ii.
TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis,
milier, perikarditis peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang
belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Rekomendasi
WHO untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari
selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis
2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan
pedoman pengobatan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama
dan tambahan. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah rifampisin, INH,
pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
adalah kanamisin, kuinolon, makrolid, amoksilin + asam klavulanat, derivat
rifampisin dan INH (PDPI, 2006).
No comments:
Post a Comment