Thursday, April 7, 2016

Tuberkulosis (TB)


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Salah satu jenis TB adalah Tuberkulosis Milier. Tuberkulosis Milier (TB Milier) merupakan tuberkulosis akut diseminata yang ditandai dengan penyebaran luas ke dalam tubuh manusia dengan ukuran lesi yang kecil sekitar 1-3 mm.
Pada kasus HIV/AIDS tahap lanjut, kuman TB dapat beredar melalui peredaran darah dan menginfeksi sejumlah organ selain paru-paru seperti hati dan limfa. Sehingga, limfadenopati hilar maupun mediastinal juga kerap muncul pada pasien HIV/AIDS kronis. Gambaran rontgen dada pada pasien TB Milier menunjukkan karateristik difus, infiltrat mikronodular berupa simetris dan bilateral (Palomino dkk, 2007).


PDPI (2006) mengklasifikasi tuberkulosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis dan tingkat keparahan penyakit. Klasifikasi TB berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, pada TB Paru:
a.     Tuberkulosis paru BTA positif
                                  i.         Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
                               ii. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
                                iii. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
                          iv.      1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b.     Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
                                  i.         Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
                                 ii.         Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
                                iii.         Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
                               iv.         Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

Selain itu, tuberculosis dapat diklasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
a.     TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas, dan atau keadaan umum pasien buruk.
b.     TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
                                  i.         TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.  Limfadenitis tuberkulosa, merupakan salah satunya dimana terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher, kadang-kadang di daerah ketiak.
                                 ii.         TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Rekomendasi WHO untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah rifampisin, INH, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) adalah kanamisin, kuinolon, makrolid, amoksilin + asam klavulanat, derivat rifampisin dan INH (PDPI, 2006).

No comments: