Air merupakan salah satu komponen terpenting dalam
tubuh manusia. Jumlah total air dalam tubuh adalah sekitar 55 – 60 persen berat
tubuh. Cairan tubuh tersebut terbagi dalam dua kompartemen yakni cairan
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler merupakan cairan yang
berada di dalam sel tubuh dan terdiri atas dua pertiga cairan tubuh, sedangkan
cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel tubuh dan membentuk
sepertiga cairan tubuh (Hall, 2009).
Cairan
ekstraseluler terbagi lagi menjadi dua kompartemen yang dipisahkan yakni cairan
interstitium dan plasma. Cairan interstitium merupakan cairan yang berada
diantara sel dan membentuk tiga perempat cairan ekstraseluler, sementara plasma
merupakan bagian non-seluler dari darah (Tortora & Derrickson, 2012). Kedua
kompartemen tersebut dipisahkan membran yang sangat permeabel sehingga
komposisi ionik antar kedua kompartemen mirip (Hall, 2009). Namun, komposisi
kimiawi yang berbeda ditunjukkan pada cairan intraseluler dan ekstraseluler. Hal ini disebabkan oleh adanya membran yang sangat selektif terhadap
elektrolit dan permeabel terhadap air.
Tabel Komposisi Bahan Kimia pada Cairan Intraseluler dan
Ekstraseluler
Bahan
Kimia
|
Cairan
Intraseluler
|
Cairan
Ekstraseluler
|
Na+ (mmol/L)
|
10
|
142
|
K+ (mmol/L)
|
140
|
4
|
Cl- (mmol/L)
|
4
|
108
|
HCO3- (mmol/L)
|
10
|
24
|
Ca2+ (mmol/L)
|
0,0001
|
2,4
|
Mg2+ (mmol/L)
|
58
|
1,2
|
SO42- (mmol/L)
|
2
|
1
|
Fosfat (mmol/L)
|
75
|
4
|
Glukosa (mg/dL)
|
0-20
|
90
|
Asam amino (mg/dL)
|
200
|
30
|
Protein (g/dL)
|
16
|
2
|
Sumber: Hall (2009)
Selama
olahraga, atlet mengeluarkan banyak cairan dan elektrolit tubuh melalui
keringat. Hall (2009) menyebutkan selama olahraga berat yang berkepanjangan,
tubuh mengeluarkan cairan 4300 mL/hari lebih banyak dibandingkan saat normal.
Pengeluaran cairan terbanyak melalui keringat yang mencapai 5000 mL/hari dan
paru-paru sebesar 650 mL/hari. Dalam kondisi lingkungan panas, cairan yang
hilang pun bahkan lebih banyak (Katch dkk, 2011). Kehilangan cairan yang terus
berlanjut akan berakibat pada timbulnya dehidrasi. Dehidrasi merupakan kondisi
tubuh dimana terjadi keseimbangan cairan yang negatif. Dehidrasi dapat
mengganggu fungsi fisiologis dan termoregulasi tubuh. Kehilangan cairan sebesar
5% dari massa tubuh dapat meningkatkan suhu rektal, mengurangi pengeluaran
keringat, VO2max , dan kapasitas latihan (Katch dkk, 2011). Hal
tersebut berakibat pada penurunan kebugaran dan performa atlet.
Atlet dehidrasi
juga dapat berisiko mengalami heat stroke
akibat akumulasi panas tubuh yang berlebih. Selain dehidrasi, hiponatremia
juga dapat terjadi ketika pengeluaran cairan atlet berlebih. Kadar natrium
dalam darah turun akibat natrium ikut keluar bersama keringat. Gejala
hiponatremia mulai dirasakan ketika konsentrasi natrium turun pada kadar 130 mM
maupun di bawahnya. Gejalanya meliputi
sakit kepala, muntah, tangan dan kaki membengkak, enselopati, edema paru dan
jika tidak ditangani dapat meninggal (Sawka dkk, 2007).
1 comment:
Post a Comment